Interval Tritone

The Power of The Tritone ini bukan cerita mengenai “Ordo Ordo” rahasia Yahudi dengan agenda Supremasist Imperialisme-nya, melainkan sebuah cerita tentang betapa pentingnya “Interval” yang bernama “Tritone” ini didalam Musik Blues.

Interval Tritone ini berjarak b5 ( Mol Lima ) misalnya dari C ke F#, ini jika ditambahkan nada Bass di D maka terbentuklah chord D7.

Seperti biasanya, kita kan main dengan pemain Bass sehingga kita hanya perlu memainkan Interval Tritone saja untuk memberi kesan sebuah chord Dom7.

Cukup dua not sudah komplit sebuah “Harmony”.

Menariknya dan merupakan suatu “point of interest” untuk diselidiki memakai rumus Matematika, bahwa cukup dengan menggeser Interval Tritone itu satu fret maka kita sudah bisa meng-cover sebuah lagu Blues.

Misalnya lagu Blues di kunci D seperti contoh diatas, maka jika Interval Tritone yang pertama itu kita geser kekiri satu fret ( B dan F ) maka akan menghasilkan chord G7 jika pemain Bass main “Root” di G.

Jika kita kembali ke-posisi semula dan meng-gesernya kekanan satu fret dan pemain Bass main root di A, maka akan terbentuk chord A7.

Seperti kita ketahui chord progresi Blues atau Rock N’ Roll di kunci D itu hanya memakai 3 chord saja yaitu : D7 G7 dan A7.

Jadi hanya dengan meng-geser geserkan Interval yang terdiri dari dua not saja, satu fret kekiri dan kekanan, kita sudah bisa menghasilkan sebuah “Blues Harmony” yang komplit dan sah legitimasi-nya secara “Theory of Western Music”.

Professor musik siapapun tidak akan bisa mencari kesalahan dari “Fenomena” ini.

Interval Tritone menghancurkan Teori Musik barat :

Doeloe dijaman pertumbuhan Musik Klasik di Eropa abad 16 sampai 18, interval Tritone dianggap sebuah Interval Musik Setan dan jika terdapat sebuah Komposisi yang mengandung interval ini, maka sang Komposer-nya bahkan bisa di-pancung kepala-nya karena dianggap mem-promosi-kan musik setan.

Komposer Klasik sampai sekarang, paling tidak mengerti bagaimana caranya mengatur Interval Tritone ini. Contoh nyata ada di DVD Reuni Eagles “Hell freezes Over” saat Orkestra sedang berlatih membawakan satu lagu dari Eagles yang berjudul “New York State of Mind”.

Lagu ini pada versi aslinya dibuka dengan intro Keyboard Strings yang memainkan chord voicing Blues dan kali ini akan dimainkan dengan full orchestra.

Aransemen score buat orkestra sudah digarap oleh lulusan “Julliard Conservatory of Music” dan saat itu dilatih “Rundown”-nya. Tapi anak anak Eagles merasa ada yang aneh pada intro-nya, tidak salah tapi aneh, gak seperti aslinya yang nge-Blues.

Anak anak Eagles tidak setuju versi mulus tersebut dan melihat dan akhirnya merubah sendiri not not yang tertulis pada score tersebut, sehingga saat dimainkan kembali sudah berbunyi “Blues”.

Itu adalah contoh nyata dimana Teori Musik Klasik tidak mampu meng-akomodasi-kan “Blues Harmony” terutama mengenai pergerakan paralel dari Interval Tritone, dimana hal ini sangat “Taboo” dimusik Klasik.

Musik Klasik sama sekali tidak mengenal Chord Dominanth 7 yang statis apalagi berpindah secara paralel ke posisi 4 dan 5. Mereka sama sekali tidak punya teori untuk menerangkan hal seperti ini, sementara hal ini berbunyi sangat masuk akal dan berkesan, well..Bluesy.

Jika ditanyakan mengenai hal ini, maka jawabnya adalah asal saja : Well..that’s Blues, what more can i say ? Mereka tidak punya Teori yang mampu menjelaskan mengapa Harmony seperti Blues ini bisa menjadi “Valid” alias “Sah” saja dikuping.

Penjelasan yang paling masuk akal adalah : Harmony Blues adalah suatu pergerakan Mode atau “Modalitas”. Ok, tapi mode dari apa ? Klasik punya mode seperti Dorian, Prhygian, Mixolydian etc yang berasal dari Diatonic Scale.

Jika “Blues” adalah sebuah “Mode” maka induknya mana ?

Kemudian penjelasan lainnya adalah : Blues itu adalah “Paralel Harmony” atau hanyalah sebuah “Modulasi”. Paralel Harmony dan modulasi di Musik Klasik adalah perpindahan kesuatu harmony yang lain dari aslinya dan tidak memiliki hubungan lagi dengan aslinya secara sumber tangga nada induknya.

Tapi progresi Blues adalah suatu kesatuan yang erat sekali sehingga merupakan suatu progresi sekuensial yang terus diulang ulang.

Blues adalah satu harmony tunggal yang utuh, bukan-nya banyak harmony yang bergerak secara “Paralel” ataupun merupakan suatu perpindahan Kunci alias “Modulasi”.

Jadi penjelasan diatas tidak mampu menjelaskan esensi dari Blues Harmony.

Teori Musik Klasik sangat terbatas cakupan-nya :

Teori Musik Klasik sangat terbatas dalam cakupan-nya terhadap semua musik musik yang ada di dunia, sebagaimana Sistem Pemerintahan Demokrasi-nya tidak sanggup untuk meng-akomodasi-kan prinsip hidup masyarakat dunia lain-nya.

Nomer satu, didalam musik Klasik tidak ada sama sekali yang namanya “Micro Tone”, sementara hal ini adalah elemen paling utama didalam musik Arab. Tangga nada “Gambus” itu memakai satu “Micro Tone” yang terletak ditengah tengah dari nada A dan A#.

Sehingga para pemain Gambus harus “Tuning” internal frequency Keyboard Electronic-nya agar mendapatkan suatu “Tangga Nada” yang biasa dipakai dimusik musik “Gambus”.

Membuat sebuah Keyboard Roland atau Korg memainkan tangga nada yang memiliki satu nada “Micro Tone” didalamnya adalah suatu kebiasaan musisi musisi Gambus di Indonesia.

Apalagi memakai Teori Musik Klasik untuk meng-analisa musik Gamelan Bali adalah suatu perbuatan “Sia Sia”.

Karena Gamelan Bali tidak mengenal “Satu”nya atau “Down Beat” of the first Bar dari suatu komposisi Gamelan.

Seluruh Phrase saling over lapping satu sama lain-nya dengan “Meter” yang masing masing berlainan.

Ketukan 4/4, 7/8, 3/4, 6/8, 11/12 semuanya main sekaligus didalam satu lagu dengan start awal yang berbeda beda, hal ini membuat para Cendekiawan Musik Barat jadi cepat botak saking ruwet-nya meng-analisa musik Gamelan Bali.

Musik Klasik cuma tau satu macam Meter misalnya 3/4 dimainkan pada waktu bersamaan diawal Bar nomor 1, kalaupun nantinya akan berpindah meter ke 4/4 pada nomor bar ke 32, itu akan dilakukan secara serentak bersama sama.

Itu adalah secara Ritmik dan secara harmoni, semuanya bermain di satu harmoni yang sama, alangkah “Terbatas”nya cara memandang musik seperti itu !!

Begitupun dengan cara memandang Kehidupan Masyarakat Dunia hanya dengan sistem “Demokrasi” ala Barat, melihat Ekonomi Dunia hanya dengan “Globalisasi Pasar Bebas”.

Itu sama sekali tidak mampu meng-akomodasi-kan seluruh “Keadilan Sosial” bagi Masyarakat Dunia yang sangat majemuk ini.

Dunia Kedokteran Barat-pun masih belum mampu menjelaskan Ilmu Pengobatan Cina yang sudah ribuan tahun terbentuk oleh peradaban serta terbukti “Manjur”.

Misalnya “Tusuk Jarum” dan “Totok Pembuluh Darah” etc

0 komentar:

Posting Komentar

 

guitar rock online kursus Design by Insight © 2009